Rabu, 16 November 2016

NARASI UNTUK NEGERI



NARASI UNTUK NEGERIKU

Goresan pena cucu Eyangku

Aku bangga ketika kepadaku diceritakan tentang Engkau, Wahai Negeriku. Engkau yang dilimpahi keindahan bumi dan kekayaan alam nan melimpah, menjadi tersohor sampai ke seluruh belahan bumi. Engkau dinamai Pertiwi, putri nan cantik tiada bandingnya.  Portugal, Spanyol,  Belanda, Perancis, Inggris dan Jepang berjuang keras memperebutkan, menawan dan menyanderamu.
Ketika statusmu menjadi status terjajah, diceritakanlah kepadaku bagaimana Engkau, Negeriku, menggalang persatuan. Mengambil kembali hak dan kebebasanmu, bahkan sekalipun tulang dan dagingmu hancur, darah dan air tubuhmu ditumpahkan, namun perjuangan yang maha dahsyat berakhir dengan kemenangan.
Eyangku dari Jawa, Opung si Poltak dan Tete Utuk dari Sulawesi menceritakan dengan semangat bagaimana mereka dan teman-teman mereka dari segala suku dan pulau di negeri ini telah menyingkirkan perbedaan dan bersatu untuk berperang mengusir penjajah dari negerimu. Engkau sipit, putih, hitam, keriting, pendek, tinggi, gemuk, kurus, bukan masalah. Tidak ada yang membahas agamu apa? Semua mengangkat senjata dan membela negeri ini sampai menang. 
Bangganya diriku akan kisah perjuangan ini….
Namun kini, masih di hadapan sisa sisa pejuang engkau sudah mulai mempersoalkan siapa pemilik negeri ini.. mempersoalkan siapa yang harus memimpin negeri ini, namamu siapa, dan agamamu apa..  
Tiba-tiba eyangku yang bergelar pahlawan nasional bangun berdiri dan menangis. Padahal untuk tubuhnya yang terluka dalam pertempuran tak setetes pun air mata pernah jatuh di pipinya. Ku Tanya mengapa eyang menangis? Jawabnya “eyang sedih dan marah le”.. lanjutnya, “Orang – orang ini tidak pernah terlibat dalam perang kemerdekaan, tidak pernah merasakan indahnya persatuan, tidak pernah merasakan detik – detik kesengsaraan menghadapi penjajahan, mereka sedang memporak – porandakan negeriku .. mereka tidak tahu menghargai jasa pahlawan, sesungguhnya mereka adalah penjajah negeriku ini .. Eyangku tertunduk dan berbisik, “Ya, Allah, ya, Tuhan. Bantulah putra dan putriku, bangkitkan jiwa patriot mereka, bantulah mereka dengan kekuatan-Mu untuk mengalahkan dan mengusir penjajah dari negeri tercinta ini …. Amin”

Akupun ikut berkata, “Amin”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar