Kamis, 17 November 2016

Sumringah

Meminjam istilah Eyang kakung-ku.

Ketika lembar - lembar merah keluar satu satu di depan mataku
UANG
Tertegun, setengah melongo ketika ku lihat lembar lembar merah ini seperti tersenyum padaku. Seperti kamu, akupun mempunyai sejuta rasa. Apalagi jika disodorkan langsung kepadamu atau kepadaku.  sebagian kita mengucapkan, Lumayan, aku bisa traktir si dia, aku bisa bayar hutang, aku bisa jalan-jalan, aku bisa nonton dlsb. Apa lagi jika uang-uang ini benar-benar ditawarkan menjadi milikmu... Wow .. !!!
Bercerminlah, muka kita seperti apa coba ?
Ada yang bilang ini hasil doa. Ini karena kerja keras. Ini karena rejeki nomplok. Ambil aja!

Tapi bagaimana jika lembaran ini ditawarkan kepadamu "asalkan" mau melakukan sesuatu? Hmmm disinilah! Lembaran ini mulai tersenyum sampai menyeringai menantikan reaksi dan jawabanmu. Menyentuh integritasmu.  Hebatnya lagi uang-uang ini direka-reka dapat menjauhkan, menggulingkan sampai-sampai bahkan mampu menghabisi nyawa seseorang? Hwuuuh!! Terus kamu bilang apa? Apa kamu lihat kiri kanan apa ada yang lihat kamu?

Lembaran - lembaran ini sangat diperlukan! Saat kita sakit, saat lapar, saat bepergian, saat pendidikan, bahkan  saat ibadah pun. O, ya juga agar dompet kita terlihat tebal.. iya kan?

Makanya sobat, kita musti punya pengertian dan prinsip yang baik tentang uang. Uang itu perlu tapi jangan jual diri, integritas bahkan Iman kita demi uang. Aku kira kita semua sepaham. Hanya, berapa banyak dari kita yang sudah diimunisasi dengan prinsip ini? Mengapa anak diimunisasi? agar terbentuk sisitim kekebalan tubuh terhadap virus - virus penyakit tertentu. Jika sudah terbentuk, maka ketika tubuh seseorang terserang virus, maka tubuhnya tidak akan mengalami sakit. Nah, sekarang bagaimana sistim kekebalan yang kita bangun terhadap serangan merah biru yang yang menyerang kita? Kita mampu bertahan gak?

Seorang tua pernah menasihatkan kepada seorang anak muda, "anakku, akar segala kejahatan adalah cinta akan uang. Ingat ini baik-baik".-
Seseorang bisa menyerang, menjatuhkan dan membunuh karena demi uang!
(Kenapa sih nggak dibalik? Uang bisa bikin orang berobat, bisa bikin orang sukses, bisa bikin orang miskin tidak kelaparan) Pasalnya hanya segelintir orang yang mau bagi2 uangnya untuk keperluan ini.

Note:
Dimanapun anda aku ucapkan doa agar tubuhmu sehat, pikiranmu sehat, Imanmu sehat dan pekerjaanmu juga sehat-sehat saja. Sehingga anda sekalipun bukan orang  kaya raya namun dapat tetap berpikir sehat, dan bekerja dengan sehat.  Ini doa buat aku juga. jadi sama-sama berdoa .. :)

Rabu, 16 November 2016

PRAY FOR MY BELOVED CITY

PRAY FOR JAKARTA

Helo semua orang Indonesia dimanapun anda berada.. Mari berdoa buat kota Jakarta...  Simpang siur berita tentang apa yang akan terjadi pada kota Jakarta di tanggal 24, 25 merupakan berita yang merisaukan warga Jakarta... Belum lagi adanya ungkapan2 atau berita yg dapat memprovokasi warga untuk melakukan tindakan negatif... Ditambah kejahatan-kejahatan yang justru terjadi pada saat orang memerlukan pertolongan. Maka itu seharusnya membangkitkan rasa prihatin kita terhadap situasi di Negeri ini. Karena itu... berdoa menjadi suatu kewajiban.. Karena hanya Tuhan yang dapat menolong, mengubahkan dan memberkati bangsa kita. Berdoa...Berdoa... Berdoa.... Pray For Jakarta....


NARASI UNTUK NEGERI



NARASI UNTUK NEGERIKU

Goresan pena cucu Eyangku

Aku bangga ketika kepadaku diceritakan tentang Engkau, Wahai Negeriku. Engkau yang dilimpahi keindahan bumi dan kekayaan alam nan melimpah, menjadi tersohor sampai ke seluruh belahan bumi. Engkau dinamai Pertiwi, putri nan cantik tiada bandingnya.  Portugal, Spanyol,  Belanda, Perancis, Inggris dan Jepang berjuang keras memperebutkan, menawan dan menyanderamu.
Ketika statusmu menjadi status terjajah, diceritakanlah kepadaku bagaimana Engkau, Negeriku, menggalang persatuan. Mengambil kembali hak dan kebebasanmu, bahkan sekalipun tulang dan dagingmu hancur, darah dan air tubuhmu ditumpahkan, namun perjuangan yang maha dahsyat berakhir dengan kemenangan.
Eyangku dari Jawa, Opung si Poltak dan Tete Utuk dari Sulawesi menceritakan dengan semangat bagaimana mereka dan teman-teman mereka dari segala suku dan pulau di negeri ini telah menyingkirkan perbedaan dan bersatu untuk berperang mengusir penjajah dari negerimu. Engkau sipit, putih, hitam, keriting, pendek, tinggi, gemuk, kurus, bukan masalah. Tidak ada yang membahas agamu apa? Semua mengangkat senjata dan membela negeri ini sampai menang. 
Bangganya diriku akan kisah perjuangan ini….
Namun kini, masih di hadapan sisa sisa pejuang engkau sudah mulai mempersoalkan siapa pemilik negeri ini.. mempersoalkan siapa yang harus memimpin negeri ini, namamu siapa, dan agamamu apa..  
Tiba-tiba eyangku yang bergelar pahlawan nasional bangun berdiri dan menangis. Padahal untuk tubuhnya yang terluka dalam pertempuran tak setetes pun air mata pernah jatuh di pipinya. Ku Tanya mengapa eyang menangis? Jawabnya “eyang sedih dan marah le”.. lanjutnya, “Orang – orang ini tidak pernah terlibat dalam perang kemerdekaan, tidak pernah merasakan indahnya persatuan, tidak pernah merasakan detik – detik kesengsaraan menghadapi penjajahan, mereka sedang memporak – porandakan negeriku .. mereka tidak tahu menghargai jasa pahlawan, sesungguhnya mereka adalah penjajah negeriku ini .. Eyangku tertunduk dan berbisik, “Ya, Allah, ya, Tuhan. Bantulah putra dan putriku, bangkitkan jiwa patriot mereka, bantulah mereka dengan kekuatan-Mu untuk mengalahkan dan mengusir penjajah dari negeri tercinta ini …. Amin”

Akupun ikut berkata, “Amin”.