NARASI UNTUK NEGERIKU
Goresan pena cucu Eyangku
Aku bangga ketika kepadaku
diceritakan tentang Engkau, Wahai Negeriku. Engkau yang dilimpahi keindahan
bumi dan kekayaan alam nan melimpah, menjadi tersohor sampai ke seluruh belahan
bumi. Engkau dinamai Pertiwi, putri nan cantik tiada bandingnya. Portugal, Spanyol, Belanda, Perancis, Inggris dan Jepang berjuang
keras memperebutkan, menawan dan menyanderamu.
Ketika statusmu menjadi status
terjajah, diceritakanlah kepadaku bagaimana Engkau, Negeriku, menggalang
persatuan. Mengambil kembali hak dan kebebasanmu, bahkan sekalipun tulang dan
dagingmu hancur, darah dan air tubuhmu ditumpahkan, namun perjuangan yang maha
dahsyat berakhir dengan kemenangan.
Eyangku dari Jawa, Opung si Poltak
dan Tete Utuk dari Sulawesi menceritakan dengan semangat bagaimana mereka dan
teman-teman mereka dari segala suku dan pulau di negeri ini telah menyingkirkan
perbedaan dan bersatu untuk berperang mengusir penjajah dari negerimu. Engkau
sipit, putih, hitam, keriting, pendek, tinggi, gemuk, kurus, bukan masalah.
Tidak ada yang membahas agamu apa? Semua mengangkat senjata dan membela negeri
ini sampai menang.
Bangganya diriku akan kisah
perjuangan ini….
Namun kini, masih di hadapan sisa
sisa pejuang engkau sudah mulai mempersoalkan siapa pemilik negeri ini..
mempersoalkan siapa yang harus memimpin negeri ini, namamu siapa, dan agamamu
apa..
Tiba-tiba eyangku yang bergelar
pahlawan nasional bangun berdiri dan menangis. Padahal untuk tubuhnya yang
terluka dalam pertempuran tak setetes pun air mata pernah jatuh di pipinya. Ku
Tanya mengapa eyang menangis? Jawabnya “eyang sedih dan marah le”.. lanjutnya,
“Orang – orang ini tidak pernah terlibat dalam perang kemerdekaan, tidak pernah
merasakan indahnya persatuan, tidak pernah merasakan detik – detik kesengsaraan
menghadapi penjajahan, mereka sedang memporak – porandakan negeriku .. mereka
tidak tahu menghargai jasa pahlawan, sesungguhnya mereka adalah penjajah
negeriku ini .. Eyangku tertunduk dan berbisik, “Ya, Allah, ya, Tuhan. Bantulah
putra dan putriku, bangkitkan jiwa patriot mereka, bantulah mereka dengan
kekuatan-Mu untuk mengalahkan dan mengusir penjajah dari negeri tercinta ini ….
Amin”
Akupun ikut berkata, “Amin”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar